Pameran furniture VIFA EXPO menjadi salah satu gerbang promosi produk made in Vietnam
Selama masa pandemi tahun 2020 hingga 2022, saat biaya pengiriman kontainer meningkat drastis dan jadwal pengiriman yang tidak menentu sangat mempengaruhi pasokan furniture dan industri lainnya, sebagaian besar peritel furniture global, khususnya di AS merasa sangat penting untuk memperluas jaringan sumber pasokan mereka.
Perusahaan importir furniture merasa perlu memiliki lebih banyak pilihan saat pemasok di salah satu negara mengalami kesulitan atau tidak lagi bisa diandalkan. Pada saat itu, negara Meksiko merupakan pilihan teratas bagi Amerika, karena pengiriman barang tidak harus melalui jalur laut.
Namun selama beberapa tahun terakhir saat pandemi telah berlalu, dan dengan tarif baru yang akan segera berlaku di bulan Maret 2025, beberapa peritel utama AS telah memikirkan beberapa alternatif pemasok furniture baru. Bukan untuk menggantikan Meksiko, akan tetapi untuk menampung kapasitas ekspor furniture dari Tiongkok yang diperkirakan masih akan tetap menurun.
Seperti dikutip dari Furniture Today, beberapa peritel ternama di AS menyampaikan perkiraan tentang beberapa lokasi yang sedang mereka pelajari.
Memperluas Sumber Daya
Lee Boone, CEO dari 3 group perusahaan yang dimiliki Green River, yang selama ini membeli sebagian besar furniture dari Vietnam, mengatakan akan tetap menjadikan Vietnam sebagai pemasok utama, namun juga mulai mempelajari pasar furniture di India.
“Kami melihat beberapa upaya untuk berekspansi, baik itu di Malaysia, India, maupun Indonesia. Namun buat kami, inisiatif paling besar berada di India," kata Boone.
Peritel lainnya seperti Porter Designs juga ingin melakukan diversifikasi pasokan furniture di luar Tiongkok, tetapi tidak di India. Perusahaan ini telah bertahun-tahun membeli barang-barang untuk kabinet dari India.
Mereka justru menjadikan Malaysia sebagai alternatif utama karena di India hanya bisa memproduksi produk dengan bahan kayu solid, tidak bisa membuat produk berbahan vinir.
Lain halnya dengan American Woodcrafters, yang selama ini mendapatkan hampir 90% produk kamar tidur dan ruang makan dari Indonesia, juga sedang mempertimbangkan pemasok dari negara — terutama Vietnam.
Menurut Rusty Morris, vice president sales department, Vietnam lebih kompetitif dalam hal harga untuk banyak barang berukuran besar. Mereka mampu menawarkan lebih banyak variasi dalam hal vinir kayu. Kekuatan Indonesia adalah kualitas finishing dan pengerjaan detail, yang benar-benar unggul dibandingkan negara lainnya.
Sedangkan Tim Donk dari Legends Home menyatakan bahwa perusahaannya saat ini masih puas dengan pasokan dari Vietnam.
"Segala sesuatunya masih bisa berjalan dengan baik di Vietnam. Banyak pemasok produk dan komponen pendukung asal Tiongkok yang juga akan membangun pabrik di sana. Jadi kami rasa Vietnam akan menjadi lebih kuat.” katanya.
Keseimbangan Pasokan Perlu Diatur
Uma Home memiliki strategi yang agak berbeda. Selama ini pemasok utama produk mereka adalah Tiongkok dan India, dan berencana untuk menggeser 30 - 40% bisnisnya ke Vietnam dan Indonesia.
Perlu ditemukan keseimbangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasar, untuk tampilan klasik yang sangat bergantung pada kayu solid, India atau Indonesia adalah pilihan paling tepat.
Pat Watson, vice presiden R&D Uma Home, mengatakan bahwa Vietnam juga memiliki tantangannya sendiri. Infrastrukturnya cukup bagus, tetapi biaya tenaga kerja akan terus meningkat dan jumlah penduduknya lebih sedikit daripada negara produsen lainnya, katakan India, Indonesia, dan Tiongkok.
Menyesuaikan Kondisi Sumber Pasokan
Ken Shanks, presiden dan salah satu pendiri Outlook International, sebuah perusahaan yang membantu banyak perusahaan mendapatkan pemasok furniture selama 20 tahun, memberikan pandangan yang lebih luas.
"Negara yang menjadi topik utama adalah Tiongkok," katanya. "Saya sudah melihat hal-hal seperti pemindahan sumber pasokan produk outdoor, dan produk aluminium dan resin. Namun, tidak semuanya dapat dipindahkan. Barang-barang yang sangat spesifik mungkin akan sulit dilakukan di tempat lain."
Menurutnya, Vietnam adalah negara yang paling diuntungkan dari kemunduran ekspor Tiongkok. Namun dengan jumlah penduduk 100 juta, dalam 10 tahun ke depan situasi tersebut akan merubah peta produksi.
Di sisi lain, Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih dari 250 juta, dengan jumlah tenaga kerja muda yang lebih besar. Namun biaya pengiriman lebih tinggi dan infrastrukturnya lebih lemah.
---
Source: FurnitureToday