
Rata-rata volume kayu gergajian akan terbuang sebesar 20-30% setelah melalui proses pengeringan dan mesin.
Pada artikel 'Konversi Kayu Gergajian terhadap Ukuran Jadi' pernah dijelaskan bahwa rendemen kayu gergajian pada umumnya sebesar 70%, yang artinya sekitar 30% volume material kayu akan terbuang berupa serpihan kayu (tatal), debu, dan potongan kayu.
Pada jenis kayu yang berbeda, mungkin akan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi. Tidak saja karena sifat alami jenis kayu tertentu, tetapi terdapat beberapa faktor penting lainnya yang berperan cukup besar, dan sebaiknya anda memahaminya agar bisa mendapatkan rendemen yang lebih tinggi.
Saat memproduksi komponen kayu ukuran jadi, pemilihan ukuran kayu gergajian kasar yang tepat sangatlah penting untuk memperhitungkan besaran penyusutan kayu dan buangan akibat proses mesin. Ukuran kayu gergajian yang dibutuhkan dapat sangat bervariasi antara jenis kayu karena perbedaan dalam perilaku selama proses pengeringan dan kemampuannya selama pengerjaan dengan mesin.
Kali ini kami membahas perbedaan hasil rendemen antara jenis kayu Jati, Akasia, Pinus, Mahoni, dan kayu Merbau. Agar lebih mudah membandingkan, kami akan memakai satu ukuran saja agar dapat menjadi panduan sederhana tentang ukuran kayu gergajian yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran (komponen) jadi 25 x 60 mm.
Penyusutan Kayu
Kayu mengalami penyusutan saat kehilangan kelembapan atau kadar air di dalamnya, dan setiap jenis kayu memiliki tingkat penyusutan yang berbeda-beda. Besaran penyusutan kayu harus menjadi bahan pertimbangan penting dalam perencanaan penggergajian.
Di bawah ini adalah tabel besaran penyusutan pada 5 jenis kayu, mengacu pada ukuran rata-rata.
Jenis Kayu | Radial | Tangensial | Total Penyusutan |
---|---|---|---|
Jati | 2,5-3% | 3-5% | 3-6% |
Akasia | 4-5% | 7-9% | 7-10% |
Pinus | 2-4% | 5-7% | 5-8% |
Mahoni | 2-3% | 4-6% | 4-7% |
Merbau | 2.5-3.5% | 5-7% | 6-8% |
Perbedaan prosentase rendemen antara jenis kayu di atas relatif kecil, dan secara umum perlu dipahami, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut:
- Kayu Jati memiliki penyusutan yang relatif rendah, sehingga lebih stabil secara dimensi.
- Akasia memiliki tingkat penyusutan yang lebih tinggi, yang artinya memerlukan toleransi ukuran yang lebih besar.
- Pinus memiliki penyusutan sedang tetapi lebih lunak, sehingga memerlukan toleransi ukuran untuk proses mesin lebih sedikit/tipis.
- Mahoni memiliki penyusutan yang rendah dan mudah dikerjakan dengan mesin, sehingga efisiensinya lebih tinggi dari jenis kayu lainnya.
- Merbau adalah kayu keras, dan padat serta level penyusutan sedang tetapi bagian permukaannya rentan dan perlu dikeringkan dengan benar.
Toleransi untuk Pengetaman & Pengamplasan
Setelah kayu dikeringkan, bahan kayu akan diproses lebih lanjut untuk menghaluskan permukaan kayu, misalnya pengetaman dan pengamplasan. Tentunya proses tersebut akan mengurangi ukuran bahan dan menjadi sisa yang tidak terpakai. Jumlah material yang terbuang tergantung pada struktur serat dan kekerasan jenis kayu, misalnya pada beberapa jenis kayu berikut ini:
Jati: Karena seratnya halus dan memiliki ikatan yang baik, proses mesin hanya menimbulkan kerusakan serat kayu yang cukup sedikit atau bisa dikatakan minimal. Namun ukuran tebal kayu yang terbuang karena proses pengetaman dan pengamplasan bisa mencapai 2-3 mm pada setiap permukaan.
Kayu Akasia lebih keras dan seratnya saling bertautan, sehingga lebih banyak material yang terbuang saat proses mesin. Material yang terbuang tersebut mencapai 4-5 mm per permukaan.
Pinus: Lunak dan mudah dikerjakan dengan mesin. Karena itulah saat pengetaman hanya membutuhkan tebal sekitar 2-3 mm per permukaan yang terbuang.
Mahoni: Hasil pemotongan atau pengetaman cukup halus tanpa limbah yang terlalu besar. Ukuran tebal kayu yang tersebuang bisa mencapai 3-4 mm per permukaan.
Kayu Merbau cukup padat dengan serat yang saling bertautan, memerlukan proses pengetaman lebih banyak sehingga jumlah kayu yang terbuang lebih tinggi. Tebal kayu yang terbuang karena proses ini sekitar 4-5 mm per permukaan.
Dan secara umum, proses pengamplasan akan mengakibatkan pembuangan bahan kayu cukup minimal, antara 0,3 - 0,5 milimeter per permukaan.

Ilustrasi volume kayu yang bisa digunakan dan yang terbuang setelah proses pengeringan dan mesin
Ukuran Kayu Gergajian yang Direkomendasikan
Dengan mempertimbangkan faktor penyusutan kayu selama pengeringan dan proses mesin terutama saat pengetaman dan pengamplasan, berikut ini rekomendasi ukuran kayu gergajian untuk mendapatkan ukuran komponen jadi 25 x 60 milimeter.
Rekomendasi ini tentunya lebih berlaku pada kayu gergajian yang memiliki bentuk cukup lurus dan perhitungan tersebut belum memperhitungkan perubahan bentuk kayu setelah pengeringan, yang bisa juga menjadikan faktor penentu jumlah rendemen kayu dalam proses mesin.
Perkiraan rendemen (%) tiap jenis kayu di bawah ini belum termasuk defect atau cacat kayu sebelum pengetaman, dan tidak memperhitungkan pada bagian sisi panjang jika terdapat retak atau pecah ujung. Limbah pada ujung kayu biasanya mengurangi rendemen antara 5-10%.
Jenis Kayu | Tebal kasar | Lebar kasar | Rendemen (%) |
---|---|---|---|
Jati | 29-32mm | 63-66mm | 78-88% |
Akasia | 32-34mm | 67-71mm | 70-80% |
Pinus | 28-30mm | 63-65mm | 80-90% |
Mahoni | 30-32mm | 65-67mm | 75-85% |
Merbau | 32-34mm | 67-71mm | 65-75% |
Memilih dimensi penggergajian yang tepat sangat penting untuk meminimalkan limbah dan memastikan produk akhir berkualitas tinggi, mulai dari proses sawmill. Kayu Jati dan Mahoni memerlukan kelonggaran yang lebih kecil karena penyusutannya lebih rendah dan mudah dikerjakan, sementara Akasia dan Merbau memerlukan ukuran gergajian yang lebih besar untuk mengimbangi penyusutan yang lebih besar dan limbah pengerjaan mesin yang lebih tinggi. Kayu Pinus, sebagai kayu yang lebih lunak, menghasilkan limbah lebih sedikit untuk pengolahan mesin.
Dengan memahami faktor-faktor di atas, kita dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku dan meningkatkan efisiensi dalam produksi furniture dan produk kayu lainnya. Terutama pada jenis kayu yang memiliki nilai tinggi seperti Jati, pemakaian bahan yang optimal akan membantu mengurangi biaya produksi yang cukup signifikan.
---