Material kayu Jati berkualitas tinggi pada sebuah meja makan
Memisahkan bahan atau material kayu jati menjadi beberapa kelas sesuai kualitasnya telah menjadi standar umum di dalam industri perdagangan kayu jati sejak dari awal penebangan hingga pabrik yang memproses bahan jati menjadi produk furniture dan produk kayu lainnya.
Memilih bahan kayu jati melibatkan beberapa faktor yang terutama pada penampilan fisik kayu misalnya warna, serat kayu, yang sering dikenal dengan istilah grading kayu jati dari kelas A, B, dan C.
Kelas-A: adalah kayu jati berkualitas paling tinggi, memiliki warna yang seragam, kepadatan kayu (density) paling tinggi, dan serat kayu lurus dengan variasi sangat kecil atau tidak bergelombang.
Kelas-B: memiliki kualitas sedang, memiliki kandungan minyak alami lebih sedikit, warna kayu lebih bervariasi, serta terlihat sebagian kecil kayu gubal.
Kelas-C: adalah kelas yang kualitasnya lebih rendah yang memiliki warna dan alur serat lebih bervariasi dan bergelombang. Terdapat beberapa mata kayu yang sangat jelas dan alur seratnya sangat bervariasi.
Faktor penilaian kelas kayu jati
Penggolongan kelas material kayu jati dilakukan berdasarkan beberapa faktor, namun 3 faktor paling penting adalah yang mengacu pada sifat fisik kayu, yaitu warna, pola serat kayu, serta kualitas & jumlah mata kayu. Faktor lainnya akan lebih bermanfaat saat anda mengetahui aplikasinya.
1. Warna kayu
Kayu jati berkualitas tinggi memiliki warna yang lebih konsisten, coklat keemasan, dan lebih seragam. Sedangkan pada kualitas kayu jati yang lebih rendah memiliki warna yang tidak seragam, terlalu gelap atau terlalu terang, kontras lebih tinggi yang menunjukkan terdapatnya kayu gubal.
2. Pola serat kayu
Kayu yang memiliki pola serat kayu lurus dan tidak bergelombang menjadi kualitas yang superior, dan jika lebih banyak bergelombang atau tidak teratur arah seratnya menunjukkan kelas kualitas yang lebih rendah.
3. Mata kayu
Kayu jati kelas A tidak memiliki mata kayu, atau sangat minim. Artinya kalaupun ada, ukurannya sangat kecil dan tergolong mata kayu sehat.
4. Defect atau cacat kayu
Cacat kayu secara umum termasuk retakan, sambungan terbuka, atau terdapat bekas lubang yang ditambal. Kriteria ini biasanya mulai dipertimbangkan saat kita mengetahui produk yang akan dibuat menggunakan bahan kayu tersebut.
5. Kekerasan dan Kepadatan kayu
Kayu jati kelas premium memiliki kepadatan tinggi dan tentunya memiliki kandungan minyak alami lebih tinggi.
6. Kadar Air
Tidak semua produsen produk kayu jati menggunakan fasilitas pengeringan yang layak dan memadai. Kayu jati yang baik memiliki kadar air 8-12% yang membuatnya sangat tahan terhadap pengaruh cuaca dan memiliki kekuatan lebih baik.
7. Kandungan minyak alami
Kayu jati premium mengandung minyak alami yang tinggi, sehingga memberikan ketahanan air, ketahanan terhadap pembusukan, dan daya tahan yang sangat baik. Kayu jati berkualitas rendah mungkin memiliki kandungan minyak yang lebih rendah, sehingga memengaruhi keawetannya.
8. Umur kayu
Pohon jati 'dewasa' membutuhkan lebih dari 20 tahun untuk mencapai ukuran diamater 20 sentimeter. Dan kualitas terbaik adalah kayu jati dari pohon yang tumbuh selama beberapa dekade (30-40 tahun). Kurang dari waktu tersebut kayu kurang padat dan kurang awet.
9. Asal kayu
Kualitas kayu jati juga dipengaruhi lokasi pertumbuhan pohon jati. Saat ini kualitas jati dari Myanmar dianggap yang terbaik karena kondisi tempat tumbuhnya. Beberapa area hutan jati di negara lain memiliki kualitas yang agak bervariasi.
10. Sertifikasi
Sertifikat kayu (misalnya FSC) turut menjadi indikator untuk menentukan kualitas kayu. Kayu jati yang berasal dari tempat yang dikelola kurang baik tidak lagi menjadi pilihan yang utama.
Bahan kayu jati sudah dikelompokkan pada kelas yang sama karena terletak pada posisi utama untuk nilai estetika
Grading kayu jati sangat penting (Must have)
Grading kayu jati sangat diperlukan dan harus dilakukan, terutama jika masih berwujud bahan baku dan kayu tersebut akan dipilih untuk aplikasi tertentu yang menempatkan kualitas, daya tahan, dan estetika sebagai prioritas utama.
Pengelompokan tersebut membantu memastikan bahwa kayu jati bisa bertahan dan memberikan nilai estetika seperti yang diharapkan, serta memiliki nilai yang sepadan dengan uang yang dikeluarkan.
Mengerjakan kayu jati dengan grade A akan lebih hati-hati dan menuntut akurasi yang lebih tinggi daripada grade kayu jati yang lebih rendah.
Grading furniture jati hanya jika perlu (Nice to have)
Penerapannya akan berbeda untuk grading furniture jati tujuan dan fungsi produk misalnya untuk outdoor atau indoor, atau untuk bagian struktural atau non-struktural.
Misalnya untuk produk furniture yang mewah, interior dan furniture untuk produk kelautan, serta jenis pengerjaan kayu yang berkualitas tinggi akan memerlukan kayu jati kelas A. Dan untuk beberapa proyek furniture dan interior yang lebih mengutamakan fungsi produk serta dengan bujet lebih terbatas akan memilih kayu jati grade B atau lebih rendah.
Atau jika kontraktor merencanakan memakai kayu jati untuk struktur bangunan yang mengutamakan kekuatan dan daya tahan kayu dengan kepadatan tinggi, grading kayu tidak lagi diperlukan karena penampilan serat kayu dan warna tidak lagi menjadi prioritas.
Grading untuk fungsi tersebut tidak perlu dilakukan, tetapi tentu saja jika bisa diaplikasikan akan lebih baik.
Singkatnya, grading kualitas kayu jati sangat diperlukan untuk memastikan kualitas kayu sesuai dengan tujuan penggunaannya untuk memenuhi persyaratan estetika atau struktural. Namun grading tersebut tidak perlu dilakukan pekerjaan yang mana nilai estetika dan kekuatan kayu bukan prioritas utama.