Nilai ekspor kayu Thailand mencapai tonggak sejarahnya pada tahun 2022, yaitu sebesar 104 miliar baht Thailand (sekitar 45 triliun rupiah). Dalam empat bulan pertama tahun 2023, nilai ekspor telah melonjak menjadi 36,4 miliar baht Thailand, mencerminkan peningkatan luar biasa sebesar 5,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tumpukkan kayu log di checkpoint bea cukai Thailand/img: Bangkok Post
Dalam webinar baru-baru ini yang diselenggarakan oleh Thailand Woodworking & Furniture Exhibition 2024 (TIWF 2024), terungkap bahwa ekspor kayu nomor satu Thailand adalah kayu karet, dengan China sebagai salah satu pasar ekspor utamanya. Thailand memiliki lebih dari 3,5 juta hektar hutan karet yang sebagian besar terletak di bagian selatan negara tersebut.
Ekspor produk kayu Thailand terbagi menjadi 5 segmen yaitu kayu olahan, fiberboard, kayu lapis, furniture dan produk kayu lainnya. Kayu olahan, fiberboard, dan kayu lapis menyumbang 73% dari total ekspor, sedangkan furniture dan produk kayu lainnya menyumbang 27% sisanya.
Selama webinar, pemain utama industri kayu Thailand, Ta Chou Industry Co., Ltd dan Union Thai Plus Co., Ltd, memimpin diskusi mengenai peluang industri kayu Thailand. Terdapat konsensus umum bahwa industri kayu Thailand memiliki potensi pertumbuhan yang baik karena melimpahnya bahan mentah. Industri ini juga menyoroti bahwa ada banyak produk dan bahan bernilai tambah yang dapat diproduksi dan diekspor oleh Thailand dengan menggunakan inovasi dan teknologi. Diantaranya adalah kayu anti rayap, kayu tahan api, penerapan teknologi nano pada furnitur kayu, pelapis anti gores, dan masih banyak lagi.
Webinar ini juga membahas permasalahan yang dihadapi industri. Hal ini mencakup kurangnya daya saing dalam desain, kualitas dan biaya karena lambatnya adopsi teknologi, permesinan, dan otomasi. Situasi tersebut mengakibatkan kurangnya standarisasi produksi, produktivitas yang buruk, proses hulu dan hilir yang tidak efisien, limbah yang tinggi, dan peningkatan biaya operasional. Oleh karena itu, industri ini menyerukan pemerintah Thailand untuk mendukung inisiatif pelatihan guna meningkatkan keterampilan dan meningkatkan produksi melalui pengenalan solusi teknologi baru dan otomatisasi mesin.
Menurut statistik impor mesin pengerjaan kayu Thailand tahun 2021, Thailand adalah importir mesin perkayuan terbesar ke-34 di dunia, dengan nilai 70,9 juta dolar AS. Impor diperkirakan akan meningkat karena Thailand terus bergantung pada impor mesin dan teknologi untuk memproduksi dan mengekspor produk kayu dengan kualitas lebih baik.
Dengan latar belakang tersebut, maka acara pameran International perlu diselenggarakan untuk memberikan Thailand dan industri perkayuan di Asia Tenggara sebuah forum internasional tatap muka khusus untuk bertemu, berdiskusi, bertukar pandangan, mendapatkan pengetahuan baru, memperbarui tren, menjalin kemitraan dan jaringan bisnis baru, sekaligus mengatasi isu-isu keberlanjutan yang berdampak pada lingkungan.
---
Source: FurnitureToday
Tumpukkan kayu log di checkpoint bea cukai Thailand/img: Bangkok Post
Dalam webinar baru-baru ini yang diselenggarakan oleh Thailand Woodworking & Furniture Exhibition 2024 (TIWF 2024), terungkap bahwa ekspor kayu nomor satu Thailand adalah kayu karet, dengan China sebagai salah satu pasar ekspor utamanya. Thailand memiliki lebih dari 3,5 juta hektar hutan karet yang sebagian besar terletak di bagian selatan negara tersebut.
Ekspor produk kayu Thailand terbagi menjadi 5 segmen yaitu kayu olahan, fiberboard, kayu lapis, furniture dan produk kayu lainnya. Kayu olahan, fiberboard, dan kayu lapis menyumbang 73% dari total ekspor, sedangkan furniture dan produk kayu lainnya menyumbang 27% sisanya.
Selama webinar, pemain utama industri kayu Thailand, Ta Chou Industry Co., Ltd dan Union Thai Plus Co., Ltd, memimpin diskusi mengenai peluang industri kayu Thailand. Terdapat konsensus umum bahwa industri kayu Thailand memiliki potensi pertumbuhan yang baik karena melimpahnya bahan mentah. Industri ini juga menyoroti bahwa ada banyak produk dan bahan bernilai tambah yang dapat diproduksi dan diekspor oleh Thailand dengan menggunakan inovasi dan teknologi. Diantaranya adalah kayu anti rayap, kayu tahan api, penerapan teknologi nano pada furnitur kayu, pelapis anti gores, dan masih banyak lagi.
Webinar ini juga membahas permasalahan yang dihadapi industri. Hal ini mencakup kurangnya daya saing dalam desain, kualitas dan biaya karena lambatnya adopsi teknologi, permesinan, dan otomasi. Situasi tersebut mengakibatkan kurangnya standarisasi produksi, produktivitas yang buruk, proses hulu dan hilir yang tidak efisien, limbah yang tinggi, dan peningkatan biaya operasional. Oleh karena itu, industri ini menyerukan pemerintah Thailand untuk mendukung inisiatif pelatihan guna meningkatkan keterampilan dan meningkatkan produksi melalui pengenalan solusi teknologi baru dan otomatisasi mesin.
Menurut statistik impor mesin pengerjaan kayu Thailand tahun 2021, Thailand adalah importir mesin perkayuan terbesar ke-34 di dunia, dengan nilai 70,9 juta dolar AS. Impor diperkirakan akan meningkat karena Thailand terus bergantung pada impor mesin dan teknologi untuk memproduksi dan mengekspor produk kayu dengan kualitas lebih baik.
Dengan latar belakang tersebut, maka acara pameran International perlu diselenggarakan untuk memberikan Thailand dan industri perkayuan di Asia Tenggara sebuah forum internasional tatap muka khusus untuk bertemu, berdiskusi, bertukar pandangan, mendapatkan pengetahuan baru, memperbarui tren, menjalin kemitraan dan jaringan bisnis baru, sekaligus mengatasi isu-isu keberlanjutan yang berdampak pada lingkungan.
---
Source: FurnitureToday