Kita tahu bahwa kayu berasal dari pohon yang pada masa pertumbuhannya menyerap air dari dalam tanah melalui akar pohon. Saat pohon ditebang, air tersebut masih berada di dalam batang kayu yang selanjutnya kita sebut dengan istilah kadar air kayu (moisture content). Pohon yang baru ditebang rata-rata memiliki kadar air hingga 50%.
Istilah 'kadar air', mengacu pada berat air yang ditahan oleh sepotong kayu, merupakan persentase dari sepotong kayu kering dengan jenis dan ukuran yang sama. Jika sepotong kayu memiliki kadar air 50%, artinya setengah dari berat kayu dalam kondisi kering merupakan air. Jika sepotong kayu memiliki kadar air 10%, berarti hanya sepersepuluh dari beratnya (kayu kering) yang terdiri dari air.
Karena itulah kayu bisa dianggap sebagai material 'hidup' yang bisa berubah bentuk dan ukuran, walaupun relatif kecil. Bentuk dan ukuran kayu berubah sesuai dengan moisture content (MC).
Papan kayu Eucalyptus Grandis dipasang klos melintang pada penampangnya untuk mencegah retak atau pecah lebih besar.
Kayu gelondongan biasanya baru dikerjakan di sawmill pada 2-4 minggu setelah ditebang dan proses debarking (pengupasan kulit batang pohon). Proses ini agar kadar air di dalam batang kayu gelondongan bisa berkurang. Bahkan pada jenis kayu tertentu, pohon dibiarkan 'mati' sebelum ditebang. Tujuannya sama, agar kayu gelondongan nantinya lebih kering dan lebih stabil.
Kayu yang memiliki kepadatan di atas 400 kg/m3 cenderung lebih stabil dan tidak mudah pecah, sehingga selepas proses penggergajian tidak memerlukan perawatan tertentu. Papan kayu bisa diletakkan di ruang terbuka, di bawah atap, dengan susunan yang baik hingga dua minggu sebelum dimasukkan ke dalam ruang pengeringan.
Pada sebuah sawmill yang kami kunjungi, mereka sedang memproses kayu Eucalyptus Grandis, jenis kayu gelondongan yang diimpor dari Amerika Selatan. Tidak diketahui berapa lama kayu tersebut dikirim setelah penebangan, tetapi terlihat bahwa kayu gelondongan sudah dalam kondisi 'debarked' dengan beberapa plat besi pada penampangnya untuk mencegah pecah.
Kayu Eucalyptus Grandis memiliki kepadatan rata-rata di atas 500 kg/m3, tetapi struktur serat kayu yang cenderung lurus dan ikatan antar pori-porinya yang cukup lemah, membuat kayu ini lebih mudah pecah jika mengering terlalu cepat, terutama di saat suhu udara di sekitar sawmill cukup panas dan kering. Untuk mencegahnya, segera setelah log dibelah, papan kayu disusun dengan rapi menggunakan klos kayu yang tebalnya sama sehingga posisi papan bisa tetap lurus. Pekerja di sawmill sudah menyediakan puluhan batang kayu pendek untuk dipasang pada sisi tebal papan kayu.
Batang kayu ini menahan 'gerakan' atau 'dorongan' serat kayu yang ingin memisahkan diri karena kadar air yang turun terlalu cepat saat kayu menyesuaikan kelembaban dengan udara sekitarnya. Cara lain untuk mencegah pengeringan cepat bisa juga dengan melapiskan cat atau bahan perekat yang bisa memperlambat keluar/masuk-nya air melalui sisi tebal papan. Akan tetapi cara tersebut kurang efektif untuk mencegah papan kayu Eucalyptus Grandis pecah/retak. Papan kayu tetap bergerak, retak, hingga pecah, walaupun air meresap atau menguap lebih lambat.
Praktek ini sangat penting untuk mengurangi limbah kayu, dan mengoptimalkan volume kayu yang bisa digunakan untuk proses selanjutnya. Panjang kayu tetap optimal, dan utuh dengan sedikit bagian ujung yang terbuang.
Teknik penyimpanan untuk mencegah kayu melengkung
Cara penumpukan dan penyimpanan kayu adalah faktor utama saat proses kayu menyesuaikan EMC (Equilibrium Moisture Content) dengan udara sekitarnya.
---
Istilah 'kadar air', mengacu pada berat air yang ditahan oleh sepotong kayu, merupakan persentase dari sepotong kayu kering dengan jenis dan ukuran yang sama. Jika sepotong kayu memiliki kadar air 50%, artinya setengah dari berat kayu dalam kondisi kering merupakan air. Jika sepotong kayu memiliki kadar air 10%, berarti hanya sepersepuluh dari beratnya (kayu kering) yang terdiri dari air.
Karena itulah kayu bisa dianggap sebagai material 'hidup' yang bisa berubah bentuk dan ukuran, walaupun relatif kecil. Bentuk dan ukuran kayu berubah sesuai dengan moisture content (MC).
Papan kayu Eucalyptus Grandis dipasang klos melintang pada penampangnya untuk mencegah retak atau pecah lebih besar.
Kayu gelondongan biasanya baru dikerjakan di sawmill pada 2-4 minggu setelah ditebang dan proses debarking (pengupasan kulit batang pohon). Proses ini agar kadar air di dalam batang kayu gelondongan bisa berkurang. Bahkan pada jenis kayu tertentu, pohon dibiarkan 'mati' sebelum ditebang. Tujuannya sama, agar kayu gelondongan nantinya lebih kering dan lebih stabil.
Kayu yang memiliki kepadatan di atas 400 kg/m3 cenderung lebih stabil dan tidak mudah pecah, sehingga selepas proses penggergajian tidak memerlukan perawatan tertentu. Papan kayu bisa diletakkan di ruang terbuka, di bawah atap, dengan susunan yang baik hingga dua minggu sebelum dimasukkan ke dalam ruang pengeringan.
Baca juga:
Kayu Eucalyptus Grandis (Myrtaceae)
Pada sebuah sawmill yang kami kunjungi, mereka sedang memproses kayu Eucalyptus Grandis, jenis kayu gelondongan yang diimpor dari Amerika Selatan. Tidak diketahui berapa lama kayu tersebut dikirim setelah penebangan, tetapi terlihat bahwa kayu gelondongan sudah dalam kondisi 'debarked' dengan beberapa plat besi pada penampangnya untuk mencegah pecah.
Kayu Eucalyptus Grandis memiliki kepadatan rata-rata di atas 500 kg/m3, tetapi struktur serat kayu yang cenderung lurus dan ikatan antar pori-porinya yang cukup lemah, membuat kayu ini lebih mudah pecah jika mengering terlalu cepat, terutama di saat suhu udara di sekitar sawmill cukup panas dan kering. Untuk mencegahnya, segera setelah log dibelah, papan kayu disusun dengan rapi menggunakan klos kayu yang tebalnya sama sehingga posisi papan bisa tetap lurus. Pekerja di sawmill sudah menyediakan puluhan batang kayu pendek untuk dipasang pada sisi tebal papan kayu.
Batang kayu ini menahan 'gerakan' atau 'dorongan' serat kayu yang ingin memisahkan diri karena kadar air yang turun terlalu cepat saat kayu menyesuaikan kelembaban dengan udara sekitarnya. Cara lain untuk mencegah pengeringan cepat bisa juga dengan melapiskan cat atau bahan perekat yang bisa memperlambat keluar/masuk-nya air melalui sisi tebal papan. Akan tetapi cara tersebut kurang efektif untuk mencegah papan kayu Eucalyptus Grandis pecah/retak. Papan kayu tetap bergerak, retak, hingga pecah, walaupun air meresap atau menguap lebih lambat.
Praktek ini sangat penting untuk mengurangi limbah kayu, dan mengoptimalkan volume kayu yang bisa digunakan untuk proses selanjutnya. Panjang kayu tetap optimal, dan utuh dengan sedikit bagian ujung yang terbuang.
Teknik penyimpanan untuk mencegah kayu melengkung
Cara penumpukan dan penyimpanan kayu adalah faktor utama saat proses kayu menyesuaikan EMC (Equilibrium Moisture Content) dengan udara sekitarnya.
- Semua papan harus memiliki tebal yang seragam, terutama yang terletak pada lapisan yang sama.
- Klos kayu penahan harus memiliki ketinggian yang sama, dan sisi yang lebih lebar harus pada posisi berdiri/vertikal. Misalnya klos kayu ukuran 3x5 cm, maka bagian 5 cm harus pada posisi berdiri.
- Susunan papan harus berada di atas lantai yang datar dan rata, serta tidak lembab.
- Tempatkan beban berat di atas tumpukan untuk mencegah perubahan bentuk cekung pada papan paling atas.
- Simpan papan kayu di tempat yang bersih, teduh, dan kering yang sebaiknya beratap. Jika tempat penyimpanan tidak memiliki atap, sediakan terpal untuk melindungi tumpukan dari sinar matahari langsung atau hujan.
---