Para peneliti di Universitas Aalto, Helsinki, Finlandia telah mengembangkan bahan perekat berbasis biologi yang dapat menggantikan lem kayu yang saat ini kebanyakan masih mengandung formaldehyde. Bahan baku utama dalam lem baru ini adalah lignin, sebuah komponen di dalam kayu dan 'produk sampingan' dari industri pulp yang biasanya dibakar setelah kayu diproses. Sebagai alternatif untuk menggantikan formaldehyde, lignin menawarkan cara yang lebih sehat dan lebih carbon-friendly (baca:ramah lingkungan) untuk menggunakan kayu dalam konstruksi.
Ilustrasi: proses aplikasi lem kayu di dalam pabrik kayu
Emisi karbon dalam pekerjaan konstruksi kayu (pada bangunan khususnya) secara signifikan lebih rendah daripada konstruksi beton, dan konstruksi kayu sering dipandang lebih baik untuk kesehatan penghuninya juga. Namun, saat ini industri kayu terutama produk panel kayu masih menggunakan perekat yang terbuat dari bahan baku yang mengandung formaldehyde, bahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi mereka yang bekerja dalam pabrik perekat. Mereka yang tinggal di dalam atau mengunjungi gedung juga dapat terpapar bahan formaldehyde yang beracun dari panel kayu.
Lignin, di sisi lain, berasal dari kayu itu sendiri. Lignin menjadi bahan alami yang mengikat selulosa dan hemiselulosa bersama-sama menjadikan struktur kayu yang kuat dan kokoh. Sekitar 25% dari berat kayu merupakan lignin, tetapi hanya sekitar 2-5% dari lignin yang digunakan, dan sisanya dibakar di pabrik untuk energi.
Sebelumnya, diperlukan proses intensif & waktu yang panjang hingga 10 jam untuk menggunakan lignin sebagai bahan baku perekat yang bebas formaldehyde. Dan perekat yang dikembangkan oleh peneliti Universitas Aalto ini dapat menggunakan lignin kraft murni dan proses reaksi kimia hanya dalam waktu beberapa menit. Tidak lagi memerlukan pemanasan tambahan, yang artinya juga mengurangi konsumsi energi. Satu-satunya bahan tambahan dari proses ini adalah garam dan Natrium Hidroksida, atau alkali.
Inovasi ini merupakan langkah maju yang besar bagi industri perkayuan pada umumnya dan industri lem kayu pada khususnya, karena kandungan lignin dari perekat yang saat ini rata-rata relatif rendah (sekitar 20-50 %), sedangkan dengan inovasi baru ini bisa memiliki kandungan lignin lebih dari 90 %.
Perekat ini selain kuat dan tidak beracun, juga mampu melindungi permukaan dari api, sehingga bisa digunakan pada bagian yang diharapkan tahan api.
-Informasi ini berasal dari website resmi Universitas Aalto
Ilustrasi: proses aplikasi lem kayu di dalam pabrik kayu
Emisi karbon dalam pekerjaan konstruksi kayu (pada bangunan khususnya) secara signifikan lebih rendah daripada konstruksi beton, dan konstruksi kayu sering dipandang lebih baik untuk kesehatan penghuninya juga. Namun, saat ini industri kayu terutama produk panel kayu masih menggunakan perekat yang terbuat dari bahan baku yang mengandung formaldehyde, bahan yang dapat berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi mereka yang bekerja dalam pabrik perekat. Mereka yang tinggal di dalam atau mengunjungi gedung juga dapat terpapar bahan formaldehyde yang beracun dari panel kayu.
Lignin, di sisi lain, berasal dari kayu itu sendiri. Lignin menjadi bahan alami yang mengikat selulosa dan hemiselulosa bersama-sama menjadikan struktur kayu yang kuat dan kokoh. Sekitar 25% dari berat kayu merupakan lignin, tetapi hanya sekitar 2-5% dari lignin yang digunakan, dan sisanya dibakar di pabrik untuk energi.
Sebelumnya, diperlukan proses intensif & waktu yang panjang hingga 10 jam untuk menggunakan lignin sebagai bahan baku perekat yang bebas formaldehyde. Dan perekat yang dikembangkan oleh peneliti Universitas Aalto ini dapat menggunakan lignin kraft murni dan proses reaksi kimia hanya dalam waktu beberapa menit. Tidak lagi memerlukan pemanasan tambahan, yang artinya juga mengurangi konsumsi energi. Satu-satunya bahan tambahan dari proses ini adalah garam dan Natrium Hidroksida, atau alkali.
Inovasi ini merupakan langkah maju yang besar bagi industri perkayuan pada umumnya dan industri lem kayu pada khususnya, karena kandungan lignin dari perekat yang saat ini rata-rata relatif rendah (sekitar 20-50 %), sedangkan dengan inovasi baru ini bisa memiliki kandungan lignin lebih dari 90 %.
Perekat ini selain kuat dan tidak beracun, juga mampu melindungi permukaan dari api, sehingga bisa digunakan pada bagian yang diharapkan tahan api.
-Informasi ini berasal dari website resmi Universitas Aalto