Seperti yang dilaporkan oleh Global Market Insights Inc., Pasar global pelet kayu pada tahun 2020 sebesar 9,63 Milyar dolar AS dan diproyeksikan akan mencapai 20 Milyar dolar AS pada tahun 2027, dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) atau tingkat pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 15% dari tahun 2021 hingga 2027.
Meningkatnya kesadaran konsumen tentang dampak berbahaya dari emisi karbon terhadap lingkungan yang berasal dari bahan bakar tak terbarukan dan adopsi sumber energi ramah lingkungan mempercepat permintaan akan sumber energi terbarukan pengganti minyak. Bahan bakar pelet kayu dianggap sebagai alternatif untuk sumber energi tak terbarukan seperti menggantikan gas alam, minyak, dan batu bara di sektor industri terkemuka sehingga permintaan produk pelet kayu meningkat cepat di seluruh dunia. Bahan bakar pelet kayu terbukti lebih hemat biaya dan memancarkan emisi karbon yang lebih rendah ke lingkungan.
Amerika Serikat menjadi negara pengekspor pelet kayu terbesar di dunia mencapai 7,26 Juta metrik ton pada tahun 2020, yang nilainya sekitar 981 Juta dolar AS, atau setara dengan 14 Triliun Rupiah (kurs Rupiah 14.270 per dolar AS). Sedangkan Vietnam menjadi negara pengekspor pelet kayu terbesar kedua dengan volume ekspor 3,20 Juta metrik ton senilai kurang lebih 352 Juta dolar AS, atau setara dengan 5 Triliun Rupiah.
Meningkatnya penggunaan bahan bakar pelet kayu untuk pembangkit listrik yang biasanya menggunakan batubara diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pasar bahan bakar pelet kayu global dalam lima tahun ke depan. Bahan bakar pelet kayu juga biasanya digunakan oleh konsumen untuk pemanas ruangan di perumahan. Tingginya permintaan dari sektor industri untuk bahan bakar pelet kayu karena ketersediaannya yang mudah dan biaya rendah yang diperlukan untuk keperluan produksi.
Indonesia masih belum masuk dalam daftar 10 besar eksportir pelet kayu di dunia, yang mana dengan potensi pasar di dunia yang diprediksikan meningkat sebesar 15% per tahun, industri pelet kayu di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar karena ketersediaan sumber bahan baku dan teknologi yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari.
Pasar Eropa masih mendominasi terutama Inggris yang mencapai hampir 50% dari total volume. Namun dalam 3 tahun terakhir volume import pelet kayu oleh Belanda, Denmark dan Jepang meningkat secara drastis hingga melebihi Inggris yang kini mencapai 34% konsumsi global.
Referensi:
Wood Resources International
Global Market Insights