Anda pernah melakukan test terhadap produk yang anda hasilkan? Misalnya anda membuat kursi dan meja, bagaimana anda akan yakin bahwa produk-produk tersebut akan aman ketika dipakai oleh konsumen anda?
Untuk pasar furniture dalam negeri bisa dibilang hampir tidak ada produk furniture yang terlebih dahulu dilakukan pengetesan secara fisik dan mekanis sebelum barang tersebut diluncurkan di pasar.
Dari pabrik furniture yang besar hingga pembuat furniture rumahan tidak menerapkan rutinitas tersebut di dalam produksi mereka. Hal ini dipengaruhi beberapa situasi misalnya minimnya pengawasan dan penerapan terhadap perlindungan konsumen di Indonesia.
Test terhadap produk menjadi suatu syarat mutlak bagi produk yang akan diekspor ke negara-negara maju di Eropa, Amerika, Australia bahkan Jepang. Dan yang menarik adalah bahwa masing-masing negara tersebut memiliki persyaratan dan standar kualitas yang berbeda.
Apa yang perlu ditest?
Sebut saja sebuah kursi makan atau kursi belajar. Test yang perlu diterapkan adalah test kestabilan kursi tersebut pada saat diduduki oleh konsumen. Pada test ini ditentukan titik kira-kira 60mm dari ujung dudukan bagian depan (jarak telah ditentukan oleh standar internasional) dan pada titik tersebut diberikan beban sekitar 60-80 kg.
Masih terdapat beberapa tipe test lainnya untuk kursi yang hampir semuanya mengacu pada keselamatan pengguna.
Produk meja misalnya akan dilakukan test terhadap kekuatan konstruksi antara kaki dengan daun meja dengan cara memberikan 'dorongan' dari bagian samping meja dengan kekuatan tertentu dan pada saat yang sama kaki meja ditahan oleh beberapa klos agar tidak bergerak sehingga beban yang diberikan akan tertahan.
Test ini untuk menghindari agar pada saat (tidak sengaja) konsumen duduk hanya pada bagian depan dudukan kursi tidak akan mendapatkan insiden jatuh karena kursi tidak stabil.
Konstruksi meja yang dibuat seadanya dalam beberapa ratus dorongan akan mudah terlepas. perlu anda ketahui bahwa dorongan tersebut dilakukan mencapai lebih dari 10.000 kali! Tentu saja hal tersebut dilakukan oleh mesin khusus. Hal ini dilakukan untuk melihat kekuatan dan umur pemakaian meja tersebut.
Kapan Testing perlu dilakukan
Pada fase pengembangan produk sebaiknya dilakukan pengetesan, dan kemudian untuk idealnya pada saat proses produksi dilakukan test secara acak dan dalam frekuensi tertentu. Misalnya jika total order adalah 10.000 kursi dengan periode produksi selama 2 bulan, maka test bisa dilakukan sebulan sekali.
Siapa bisa melakukan tugas tersebut?
Pada test pertama dan untuk mendapatkan sertifikasi yang baik, terdapat berbagai lembaga yang menyediakan jasa pengetesan produk dan mereka memiliki reputasi yang cukup baik. API, SGS, Bureau Veritas, TUV atau Intertek cukup dikenal baik oleh buyer di Amerika atau Eropa. Pada saat produksi sudah berjalan, alat test bisa dibuat sendiri secara sederhana, yang penting bahwa staff teknis telah memahami betul detail dan tata cara pengetesan produk.
Untuk pasar furniture dalam negeri bisa dibilang hampir tidak ada produk furniture yang terlebih dahulu dilakukan pengetesan secara fisik dan mekanis sebelum barang tersebut diluncurkan di pasar.
Dari pabrik furniture yang besar hingga pembuat furniture rumahan tidak menerapkan rutinitas tersebut di dalam produksi mereka. Hal ini dipengaruhi beberapa situasi misalnya minimnya pengawasan dan penerapan terhadap perlindungan konsumen di Indonesia.
Test terhadap produk menjadi suatu syarat mutlak bagi produk yang akan diekspor ke negara-negara maju di Eropa, Amerika, Australia bahkan Jepang. Dan yang menarik adalah bahwa masing-masing negara tersebut memiliki persyaratan dan standar kualitas yang berbeda.
Apa yang perlu ditest?
Sebut saja sebuah kursi makan atau kursi belajar. Test yang perlu diterapkan adalah test kestabilan kursi tersebut pada saat diduduki oleh konsumen. Pada test ini ditentukan titik kira-kira 60mm dari ujung dudukan bagian depan (jarak telah ditentukan oleh standar internasional) dan pada titik tersebut diberikan beban sekitar 60-80 kg.
Masih terdapat beberapa tipe test lainnya untuk kursi yang hampir semuanya mengacu pada keselamatan pengguna.
Produk meja misalnya akan dilakukan test terhadap kekuatan konstruksi antara kaki dengan daun meja dengan cara memberikan 'dorongan' dari bagian samping meja dengan kekuatan tertentu dan pada saat yang sama kaki meja ditahan oleh beberapa klos agar tidak bergerak sehingga beban yang diberikan akan tertahan.
Test ini untuk menghindari agar pada saat (tidak sengaja) konsumen duduk hanya pada bagian depan dudukan kursi tidak akan mendapatkan insiden jatuh karena kursi tidak stabil.
Konstruksi meja yang dibuat seadanya dalam beberapa ratus dorongan akan mudah terlepas. perlu anda ketahui bahwa dorongan tersebut dilakukan mencapai lebih dari 10.000 kali! Tentu saja hal tersebut dilakukan oleh mesin khusus. Hal ini dilakukan untuk melihat kekuatan dan umur pemakaian meja tersebut.
Kapan Testing perlu dilakukan
Pada fase pengembangan produk sebaiknya dilakukan pengetesan, dan kemudian untuk idealnya pada saat proses produksi dilakukan test secara acak dan dalam frekuensi tertentu. Misalnya jika total order adalah 10.000 kursi dengan periode produksi selama 2 bulan, maka test bisa dilakukan sebulan sekali.
Siapa bisa melakukan tugas tersebut?
Pada test pertama dan untuk mendapatkan sertifikasi yang baik, terdapat berbagai lembaga yang menyediakan jasa pengetesan produk dan mereka memiliki reputasi yang cukup baik. API, SGS, Bureau Veritas, TUV atau Intertek cukup dikenal baik oleh buyer di Amerika atau Eropa. Pada saat produksi sudah berjalan, alat test bisa dibuat sendiri secara sederhana, yang penting bahwa staff teknis telah memahami betul detail dan tata cara pengetesan produk.