Pada jenis produksi barang apapun dari pembuatan furniture, tekstil, elektronik bahkan pabrik makanan peran sebuah team quality controller sangat penting sekali.
Para pekerja di dalam sebiah line produksi memiliki tugas utama untuk menjalankan proses seperti yang sudah direncanakan. mereka memilik itarget dan perhatian utama terhadap efisiensi bahan baku, kuantitas, dan kecepatan produksi. Pada waktu para pekerja berkonsentrasi untuk mendapatkan target tersebut sebagai prioritas utama, kualitas barang sering kali tidak diperhatikan.
Di sinilah peran para QC dibutuhkan. Mereka yang akan selalu memberikan petunjuk dan peringatan terhadap team produksi untuk selalu menjaga kualitas sesuai dengan yang diinginkan oleh pembeli. Dalam situasi ini akan tercipta sebuah konflik di antara produksi dan QC. Satu pihak menjadikan kapasitas produksi sebagai prioritas utama, di pihak yang lain ingin menjaga kualitas pada satu level tertentu dan tidak menguatirkan tentang kecepatan.
Ini sebuah konflik yang baik karena ketika konflik itu terjadi akan ada suatu kerjasama dari kedua belah pihak untuk menjaga prioritas masing-masing. Di dalam beberapa pabrik yang saya pernah kunjungi masih menempatkan team QC di bawah manajemen produksi dan tentunya ini berpotensi menjadi masalah bagi pabrik. Lebih sedikit konflik karena keputusan QC akan dikesampingkan oleh kepala produksi dan potensi terjadi 'claim' dari pembeli karena kualitas yang tidak terkontrol baik.
Struktur organisasi yang paling ideal adalah menempatkan team Quality Control secara independen tanpa ada tekanan dari pihak manapun kecuali standard kualitas yang telah ditetapkan bersama di dalam suatu pabrik. Dan sebaiknya hanya ada satu pimpinan yang akan mengakomodasi konflik tersebut.
Para pekerja di dalam sebiah line produksi memiliki tugas utama untuk menjalankan proses seperti yang sudah direncanakan. mereka memilik itarget dan perhatian utama terhadap efisiensi bahan baku, kuantitas, dan kecepatan produksi. Pada waktu para pekerja berkonsentrasi untuk mendapatkan target tersebut sebagai prioritas utama, kualitas barang sering kali tidak diperhatikan.
Di sinilah peran para QC dibutuhkan. Mereka yang akan selalu memberikan petunjuk dan peringatan terhadap team produksi untuk selalu menjaga kualitas sesuai dengan yang diinginkan oleh pembeli. Dalam situasi ini akan tercipta sebuah konflik di antara produksi dan QC. Satu pihak menjadikan kapasitas produksi sebagai prioritas utama, di pihak yang lain ingin menjaga kualitas pada satu level tertentu dan tidak menguatirkan tentang kecepatan.
Ini sebuah konflik yang baik karena ketika konflik itu terjadi akan ada suatu kerjasama dari kedua belah pihak untuk menjaga prioritas masing-masing. Di dalam beberapa pabrik yang saya pernah kunjungi masih menempatkan team QC di bawah manajemen produksi dan tentunya ini berpotensi menjadi masalah bagi pabrik. Lebih sedikit konflik karena keputusan QC akan dikesampingkan oleh kepala produksi dan potensi terjadi 'claim' dari pembeli karena kualitas yang tidak terkontrol baik.
Struktur organisasi yang paling ideal adalah menempatkan team Quality Control secara independen tanpa ada tekanan dari pihak manapun kecuali standard kualitas yang telah ditetapkan bersama di dalam suatu pabrik. Dan sebaiknya hanya ada satu pimpinan yang akan mengakomodasi konflik tersebut.