Limbah utama dari industri kayu yang jelas adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut sangat sulit dikurangi, hanya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain yang memiliki nilai ekonomis.
Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture sebenarnya memiliki peran yang besar pada sebuah 'costing' serta dampak lingkungan sehingga akan sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi.
Limbah utama industri kayu:
A. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot kayu.
Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada umumnya dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk membuat plywood, MDF (medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan dengan skala kecil dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai bahan tambahan pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata, kermaik atau dapur rumah tangga.
B. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya.
Ini limbah terbanyak kedua setelah kayu dan pada kenyataannya (di Indonesia) belum begitu banyak perusahaan yang menyadari dan memahami betul tentang tata cara penanganan limbah tersebut. Beberapa masih melakukan pembuangan secara tradisional ke sungai dan ke dalam tempat pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya.
Bahkan ada beberapa perusahaan yang 'menjual' thinner bekas kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk keperluan lain yang kurang jelas.
Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
C. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu misal: accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. Limbah ini belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik.
Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar2 'membuang' limbah ini keluar dari pabrik. Kadang - kadang hanya disimpan di sebuah area engineer atau gudang barang bekas dan ditumpuk bersama - sama dengan peralatan bekas yang lain.
Mereka hampir tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan limbah tersebut.
D. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas bekas, kain bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lainnya.
Dari sekian limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis hanya limbah pertama yang benar - benar dipahami oleh beberapa industri kayu bagaimana cara penanganannya yang baik dan sesuai. Sedangkan limbah utama lainnya masih menjadi sebuah tanda tanya yang tidak jelas atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir setelah pemikiran tentang pembaharuan mesin dan investasi baru di dalam pabrik.
Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture sebenarnya memiliki peran yang besar pada sebuah 'costing' serta dampak lingkungan sehingga akan sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi.
Limbah utama industri kayu:
A. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot kayu.
Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada umumnya dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk membuat plywood, MDF (medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan dengan skala kecil dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai bahan tambahan pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata, kermaik atau dapur rumah tangga.
B. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya.
Ini limbah terbanyak kedua setelah kayu dan pada kenyataannya (di Indonesia) belum begitu banyak perusahaan yang menyadari dan memahami betul tentang tata cara penanganan limbah tersebut. Beberapa masih melakukan pembuangan secara tradisional ke sungai dan ke dalam tempat pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya.
Bahkan ada beberapa perusahaan yang 'menjual' thinner bekas kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk keperluan lain yang kurang jelas.
Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
C. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu misal: accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. Limbah ini belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik.
Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar2 'membuang' limbah ini keluar dari pabrik. Kadang - kadang hanya disimpan di sebuah area engineer atau gudang barang bekas dan ditumpuk bersama - sama dengan peralatan bekas yang lain.
Mereka hampir tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan limbah tersebut.
D. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas bekas, kain bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lainnya.
Dari sekian limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis hanya limbah pertama yang benar - benar dipahami oleh beberapa industri kayu bagaimana cara penanganannya yang baik dan sesuai. Sedangkan limbah utama lainnya masih menjadi sebuah tanda tanya yang tidak jelas atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir setelah pemikiran tentang pembaharuan mesin dan investasi baru di dalam pabrik.
makasih bat infonya, soalnya saya mau buat bisnis dengan limbah kayu.. saya ijin buat nitip blog saya ya makasih.
BalasHapushttps://beranitravel.wordpress.com/
iya,semua jenis limbah sebenarnya masih dapat dimanfaatkan, asal kita kreatif
BalasHapussi sekitar saya banyak pengusaha berbahan baku limbah..terbukti mereka menyelamatkan lingkungan dan kreatif
BalasHapus